Banjir

Selasa, 04 November 2014

Ikan Dewa Asal Rambut Monte



Jalan berkelok-kelok. Angin begitu semilir menyelusup sela-sela ranting pohon menjulang. Kebun teh dan persawahan hijau tampak terhampar. Matahari pun tak bersinar begitu terik. Bahkan, sesekali tampak berlindung di gumpalan awan yang pekat. Udara sejuk mendekap kawasan Rambut Monte.

Rambut Monte adalah salah satu objek wisata religi di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Objek wisata ini terletak sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Blitar. Rambut Monte berada di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari.

Jalan menuju Rambut Monte cukup berkelok-kelok, namun tidak membosankan. Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan alam yang elok, seperti kebun teh Bantaran, hamparan sawah yang hijau dan aneka tanaman sayuran yang segar.

Bahkan, pohon durian yang buahnya lebat, mudah dijumpai sepanjang perjalanan. Udara di kawasan tersebut sangat sejuk karena berada di antara lereng Gunung Kelud dan Gunung Kawi.

Kawasan wisata Rambut Monte dibagi menjadi tiga bagian utama, yakni pelataran atau biasa digunakan untuk parkir kendaraan bermotor, areal candi dan telaga yang terdapat Ikan Dewa. Untuk masuk areal wisata pengunjung hanya dikenai tarif Rp3.000 per orang.

Konon, nama Rambut Monte berasal dari dua kata, rambut dan monte. Rambut dari kata buyut yang disingkat menjadi but dan ditambah kata awalan ra sebagai penghormatan, sehingga rambut memiliki pengertian tempat suci yang dihormati.

Sedangkan nama monte merupakan sejenis tumbuhan yang buahnya atau bijinya berbentuk melengkung. Jadi Rambut Monte pada jaman dahulu merupakan tempat yang disucikan atau dikeramatkan oleh masyarakat sekitar.

Candi Rambut Monte berada di sisi kanan dari komplek wisata ini. Candi Rambut Monte terbuat dari batu andesit berbentuk segi empat, dengan berukuran panjang 292 cm, lebar 296 cm dan tingginya 85 cm. Kondisi candi diduga sudah tidak lengkap.

Pada jaman Majapahit candi Rambut Monte merupakan tempat pemujaan bagi penganut agama Hindu. Bagian yang tersisa dari candi ini hanyalah Kamadathu atau kaki Candi dan Rupadathu atau badan Candi. Pada samping candi terdapat artefak yang menyerupai Lingga Yoni, lambang kesuburan.

Di depan artefak yang menyerupai Lingga Yoni terdapat kepala Kala, anak Dewa Siwa. Kepala Kala ini tidak seperti Kala yang digambarkan pada umumnya yang menyeramkan, kepala raksasa berambut gimbal bertanduk dengan taring yang tajam, tapi justru seperti kepala manusia dalam posisi merangkak.

Legenda

Sementara itu, di bawah candi terdapat sebuah telaga yang dihuni oleh sejumlah ikan yang oleh warga sekitar disebut Ikan Dewa. Namun, sebagian warga lainnya menyebutnya ikan sengkaring, yakni seperti wader (Labeobarbus siamensis) berukuran cukup besar, panjang sekitar 60 centimeter. Jumlah ikan di telaga ini konon tetap, tidak pernah berubah.

Karena itu, meskipun ikan-ikan ini nampak jinak, tetapi tidak seorangpun yang berani menangkapnya. Kepercayaan masyarakat sekitar mengenai ikan-ikan keramat itu berdasarkan legenda yang beredar sejak dahulu kala. Konon dulu di lokasi ini terjadi perkelahian antara Rahwana dan Naga melawan Mbah Rambut Monte, keturunan Kerajaan Majapahit.

Pertarungan itu dimenangkan oleh Mbah Rambut Monte. Mbah Rambut Monte kemudian mengutuk Rahwana dan Naga menjadi candi berbentuk monyet dan relief naga. Mbah Rambut Monte berpesan kepada sejumlah muridnya agar menjaga batu candi yang berwujud Rahwana dan relief naga.

Namun karena sebagian muridnya tidak mematuhi perintahnya, Mbah Rambut Monte marah besar dan mengutuk murid-muridnya menjadi ikan Sengkaring yang hingga saat ini masih mendiami telaga.

Untuk menikmati keindahan telaga yang dikelilingi bukit dan pepohonan tinggi yang rindang itu, telah disiapkan semacam gazebo yang sedikit menjorok ke tengah telaga. Telaga tersebut berair sangat jernih. sehingga pengunjung mudah menikmati keberadaan Ikan Dewa dengan leluasa. Di telaga tersebut terdapat dua sumber mata air yang terus mengalirkan air sepanjang masa.

Objek wisata Rambut Monte, seperti pemberitahuan yang tertulis di loket pembelian tiket masuk, buka 24 jam. Pengunjung tampaknya tidak hanya bisa menikmati keindahan panorama pada siang hari tapi juga suasana malam di tempat ini.

Kamis, 09 Oktober 2014

Cara Memeras Susu Sapi Secara Manual (Dengan Tanggan)

1. Letakkan jari anda di atas kalang ambing dan jari telunjuk serta jari tengah di bawah sekitar 2,5 ¬3,8 cm di belakang puting susu membentuk huruf C. Anggaplah ambing sebagai jam, maka posisi/arah jari anda berada pada jam 12, dua jari lain berada di posisi jam 6. Jari anda dan jari telunjuk serta jari tengah saling berhadapan. Jari-jari diletakkan sedemikian rupa sehingga “gudang” air susu berada di bawahnya.
2. Tekan lembut ke arah dada tanpa memindahkan posisi jari-jari tadi. Ambing yang besar dianjurkan untuk diangkat lebih dulu. Kemudian ditekan ke arah dada.

3. Buatlah gerakan menggulung (roll) dengan arah jari anda dan jari-jari ke depan untuk memerah air susu keluar dari gudang air susu yang terdapat di bawah kalang ambing di belakang puting susu. Jangan menggesekkan jari anda dan jari-jari pada kulit karena akan menimbulkan rasa sakit atau nyeri.

4. Ulangi gerakan-gerakan tersebut (1,2,3) sampai aliran air susu berkurang. Kemudian pindahkan lokair susu jari anda ke arah jam 11 dan jari-jari ke arah jam 5, lakukan kembali gerakan memerah seperti tadi.

5. Lakukan pada kedua ambing secara bergantian. Begitu tampak air susu memancar dari puting susu, itu berarti gerakan tersebut sudah benar. Jangan lupa untuk meletakkan cangkir bermulut lebar yang sudah disterilkan di bawah ambing yang diperah.

Seluruh prosedur persiapan dan pemerahan dengan tangan membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit, meliputi:
- Massage, stroke, dan shake.
- Perah kedua ambing selama 5-7 menit tiap ambing.
- Massage, stroke dan shake.
- Perah kedua ambing selama 3-7 menit tiap ambing.
- Massage, stroke dan shake.
- Perah kedua ambing selama 2-3 menit tiap ambing.

Sebagai catatan, waktu yang yang ditentukan untuk memerah air susu di atas hanyalah patokan saja. Bila pasokan air susu sudah baik/banyak, patokan tersebut dapat diabaikan karena patokan waktu ini bermanfaat bila air susu hanya keluar sedikit atau bahkan belum keluar sama sekali. Yang justru harus diperhatikan adalah aliran air susu. Bila mulai berkurang alirannya segera ganti dengan memerah ambing berikutnya.